Selasa, 30 Mei 2017

HUKUM JASA DAN JUAL BELI HASYAROT SERTA KOTORAN HEWAN

DASI
One Day Three Problems


Pertanyaan dari =>
Keluarga Dasi : Kang santri
Thema: muamalah
Judul :

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya uang yg didapat dari profesi yg menjijikkan seperti nguras WC🙊, penjual kotoran hewan, penjual ulat...😅

Menu makan sore
Pukul 14:30-16:30 WIB
Senin,22 mei 2017
(DASI)

NO NAME
 Provesi nguras wc di itung jasanya...
Kalo mnjual kotoran.jelas ada mabi'nya.dan
rukun mabi'nya..itu yg ngga boleh.
Mnjual ulat,,bisa di analisis lagi,,ulat yg bgaimna,,?????
Kalo analisisnya ngga jelas.
Jawaban bisa tambah ngga jelassz

MBAH Mudzakkir:
 Barang najis tidak sah dan haram bila diperjual belikan, namun akan terhindar dari hukum haram jika dengan cara perpindahan kekuasan dari pemilik pada penerima dalam fiqh di istilahkan naqlul yad, نقل اليد
 قوله ولا يصح بيع عين نجسة اى سواء كان امكن تطهيرها بالاستحالة كالخمر وجلد الميتة ام لا كالسرجين او كلب و لومعلما.
و يجوز نقل اليد عن النجس بالدراهم كما في النزول عن الوظائف و طريقه ان يقول المستحق له اسقطت حقي من هذا بكذا فيقول الاخر قبلت. البجورى ١/٣٥٦


"Tidak sah jual beli barang2 najis meskipun memumkinkan menjadi sucinya brg2 itu karena berubah ujud seperti arak,kulit bangkai.atau tidak bisa suci sama sekali seperti jual beli pupuk dan anjing walaupun jinak".
Dan boleh memindah kekuasaan (naqlu-yad) dari barang najis dengan dirham.

Miftahur Rohman:
 Juwal beli koyo jangkrik, ulat, cacing, semut dan ular dan laine iku hukumnya terdapat khilaf (beda pendapat) di kalangan ulama. Ada yang mengharamkannya karena dianggap hina. Dan ada yang membolehkannya, karena ada unsur manfaatnya.
Hina polae hewan kuwi haram dimakan.
Manfa'at polae dibuwat makan burung atau yg lain koyo gae mancing 🙏🏽
 Pendapat pertama:
Kebanyakan dari ulama’ yang menyatakan bahwa kotoran binatang itu najis, menyatakan bahwa haram menjual belikannya. Diantara dalil yang mendasari pendapat ini ialah hadits berikut

:عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضي الله عنه قَالَ أَتَىالنَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم الْغَائِطَ ، فَأَمَرَنِىأَنْ آتِيَهُ بِثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ ، فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ ، وَالْتَمَسْتُ الثَّالِثَ فَلَمْ أَجِدْهُ ، فَأَخَذْتُ رَوْثَةً ، فَأَتَيْتُهُ بِهَا ، فَأَخَذَ الْحَجَرَيْنِ وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ وَقَالَ : هَذَا رِكْسٌ . رواه البخاري وأحمد والترمذي

Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu‘anhu, ia mengisahkan:

Pada suatu waktu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, dan beliau memerintahku untuk mengambilkan tiga bebatuan.

Selanjutnya aku hanya mendapatkan dua batu, dan ketika aku mencari batu ketiga, aku tidak mendapatkannya, sehingga akupun mengambil sepotong kotoran hewan yang telah kering. Tanpa menunggu lebih lama, aku segera membawanya kepada beliau.

 Dan ternyata beliau hanya mengambil kedua batu dan mencampakkan kotoran hewan itu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya kotoran itu adalah najis.” (Riwayat Bukhari, Ahmad, & At Tirmizy)

Dan disebutkan pada riwayat Ibnu Khuzaimah bahwa kotoran yang dibawa oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud itu adalah kotoran keledai jinak.

 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kotoran keledai jinak adalah najis. Dan dengan dalil qiyas, para ulama’ menyamakan kotoran anjing babi dengan kotoran keledai jinak, dengan alasan sama-sama binatang yang dagingnya haram untuk dimakan. Bila telah diketahui bahwa kotoran binatang jenis ini adalah najis, maka haram menjual-belikan barang najis. Yang demikian itu karena Nabi telah bersabda

:إن الله عز وجل ورسوله، حرما بيع الخمر والميتة والخنزير والأصنام. فقيل: يا رسول الله، أرأيت شحوم الميتة، فإنه يطلى بها السفن، ويدهن بها الجلود، ويستصبح بها الناس؟ قال: لا، هو حرام. ثم قال رسول الله صلى الله عليه و سلم عند ذلك: قاتل الله اليهود، إن الله حرم عليهم الشحوم، فأجملوه، ثم باعوه، فأكلوا ثمنه. خرجه البخاري ومسلم“

Sesungguhnya Allah Azza Wa jalla dan Rasul-Nya, telah mengharamkan jual-beli khamer, bangkai, khinzir (babi) dan berhala (patung)” Lalu dikatakan kepada beliau: “Ya, Rasulullah, bagaimanakan halnya dengan lemak bangkai, karena ia digunakan untuk melumasi perahu, dan meminyaki (melumuri) kulit, juga digunakan untuk bahan bakar lentera?” Beliaupun menjawab: “Tidak, itu (menjual lemak bangkai) adalah haram.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi, sesungguhnya tatkala Allah mengharamkan atas mereka untuk memakan lemak binatang, merekapun mencairkannya, kemudian menjualnya, dan akhirnya mereka memakan hasil penjualan itu.”(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Dan pada hadits lain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

:إن الله إذا حرم شيئا حرم ثمنه“

Sesungguhnya Allah bila telah mengharamkan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.”(Riwayat Imam Ahmad, Al Bukhary dalam kitab At Tarikh Al Kabir, Abu Dawud, Ibnu Hibban, At Thabrany, dan Al Baihaqy dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu. Dan hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma’ad5/746) Pendapat ini adalah pendapat yang dianut oleh mazhab Maliky, As Syafi’i, dan Hambali.

Pendapat kedua:

Halal menjual-belikan kotoran hewan. Pendapat ini adalah pendapat yang dianut oleh mazhab Hanafi, dan juga ulama-‘ulama’ yang menyatakan bahwa kotoran binatang ternak yang dagingnya halal dimakan, adalah suci dan tidak najis.

Mereka berdalilkan dengan perbuatan masyarakat muslim di sepanjang sejarah yang senantiasa memperjual-belikan kotoran binatang, tanpa ada yang mengingkarinya.

Dengan demikian, perbuatan umat islam sepanjang sejarah ini dapat dianggap sebagai ijma’ atau konsensus.

Dan pendapat kedua inilah yang lebih kuat, yang demikian itu dikarenakan beberapa alasan berikut:

Alasan pertama:

 Penjualan kotoran binatang ini telah dilakukan oleh umat Islam sejak zaman dahulu tanpa ada yang mengingkarinya.
Sampai pun yang orang-orang yang mengharamkannya pun tidak luput dari perbuatan ini. Walaupun mereka berupaya memanipulasi proses penjualan nya dengan menyebutnya sebagai uang ganti lelah ngangkut atau sebagai hibah untuk makanan hewan ternak atau sebutan serupa.
 Akan tetapi sebenarnya inti dari perbuatannya itu adalah barter kotoran ternak dengan uang atau yang serupa.

Alasan kedua:

 Kotoran binatang ternak yang dagingnya halal dimakan ialah suci, dan bukan najis.
 Dengan demikian alasan dan dalil ulama’ kelompok pertama secara otomatis tidak berlaku di sini.

 Hadits berikut adalah dalil nyata yang menunjukkan bahwa kotoran hewan ternak yang dagingnya halal dimakan ialah suci:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُصَلِّى قَبْلَ أَنْ يُبْنَى الْمَسْجِدُ فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ . متفق عليه“

Dahulu sebelum dibangun masjid nabawi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan sholat di kandang kambing.” (Muttafaqun ‘alaih) Sudah barang tentu, kandang kambing tidak luput dari kotoran dan kencing kambing.

Andailah kotoran kambing dan hewan ternak serupa najis, maka mana mungkin beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan sholat di dalamnya. Pemahaman terhadap hadits ini juga dikuatkan oleh pemahaman terhadap hadits berikut

:قَدِمَ أُنَاسٌ مِنْ عُكْلٍ أَوْ عُرَيْنَةَ ، فَاجْتَوَوُا الْمَدِينَةَ ، فَأَمَرَهُمُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِلِقَاحٍ ، وَأَنْ يَشْرَبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا. متفق عليه“

Beberapa orang dari kabilah ‘Ukel dan Urainah singgah di kota Madinah, tidak berapa lama perut mereka menjadi kembung dan bengkak karena tak tahan dengan cuaca Madinah.

 Menyaksikan tamunya mengalami hal itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk mendatangi onta-onta milik Nabi yang digembalakan di luar kota Madinah, lalu minum dari air kencing dan susu onta-onta tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih) Andai air seni onta najis, maka mana mungkin beliau memerintahkan tamunya untuk berobat dengan meminumnya.

Alasan ketiga:

Berdasarkan hukum asal. Para ulama’ telah menegaskan bahwa hukum asal jual-beli barang yang berguna adalah halal, selain yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang shahih lagi tegas. Dan kotoran ternak adalah salah satu barang yang berguna dan tidak ada dalil yang shahih lagi tegas yang mengharamkan perjualannya.

Wallohu a'lam

Santri Mbelink:
 ثم أخذ المصنف في محترز قوله طاهر بقوله: (ولا يصح بيع عين نجسة) سواء أمكن تطهيرها بالاستحالة كجلد الميتة أم لا، كالسرجين والكلب ولو معلماً والخمر ولو محترمة لخبر الصحيحين: «أنه نهى عن ثمن الكلب»، وقال: «إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حرَّمَ بَيْعَ الخَمْرِ وَالمِيْتَةِ وَالخَنْزِيرِ»، وقيس بها ما في معناها. إهـ

 Al iqna juz 2 shohf 9

Nambahi ta'bir saking yai mudzakir sepakat tidak sah jual beli benda najis
MBAH Mudzakkir:
 سؤال : ماحكم بيع الاشياء النجسة كالسرجين ونحوه الجواب والله الموفق للصواب أن الاشياء النجسة كالسرجين وغيره مما ينتفع به ولو بعد تطهيره كجلدالميتة قبل الدبغ لاتسمى مملوكة وانما يكون فيها لمن هي في يده نوع اختصاص فلا يجوز بيعها لان شرط المبيع ان يكون طاهرا ولكن يجوز التنازل عن الاختصاص على شيء معلوم كان يقول من هي في يده لآخر نزلت لك عن اختصاص عن هذا السرجين او عن جلد الميتة او عن كلب الصيد مثلا على كذا وكذا فيقول قبلت ولايجوز بلفظ البيع( فتاوى اسماعيل الزين ١٢٨

Santri Mbelink:
 Nomer 1 jual beli ulat atau binatang melata/hewan merayap menurut syafiiyah tdk sah dg dalih tiada kemanfaatan dr segi materinya/uang istilah e g enek regane

فلا يصح بيع حشرات لا تنفع وهي صغار دواب الارض كحية وعقرب وفأرة وخنفساء إذ لا نفع فيها يقابل بالمال وإن ذكر لها منافع فى الخواص بخلاف ما ينفع منها كضب لمنفعة أكلها وعلق لمنفعة امتصاص الدم قوله إذ لا نفع فيها يقابل بالمال اي لا نفع يعتبر ويقصد شرعا بحيث يقابل بمال لأنه المراد فالمدار على ان يكون فيه منفعة مقصودة معتد بها شرعا بحيث تقابل بالمال

Al jamaal juz 3 shohf 25

Tp menurut hananfiyah tetap sah jual beli hewan tsb karna menurut hanafiyah ada segi kemanfaatan yg diambil dr hewan2 tsb..

 وعبارته: (وهذا القول عند الحنفية) وكذلك يصح بيع الحشرات والهوام كالحيات والعقارب اذا كان ينـتفع بها. والضابط فى ذلك ان كل مافيه منفعة تحل شـرعا فإن بيعه يجوز

Madazahib al alrbaah juz 2 shohf 232
 Sepaham dg hanafiyah ...malikiyah berpendapat tetap sah n halal jual beli hewan tersebut diliaat dr manfaat yg bs diambil dr jual beli atau dr hewan itu sendiri..

ويصح بيع الحشرات والهوام كالحيات والعقارب اذا كان ينتفع به والضابط عندهم (المالكية) ان كل ما فيه منفعة تحل شرعا لان الاعيان خلقت لمنفعة الانسان بدليل قوله تعالى هو الذي خلق لكم ما فى الارض جميعا

Fiqhul islam juz 4 shohf 446
 Bujairomi alal minhaj
فلا يصح بيع حشرات لا تنفع قال الشارح اذ عدم النفع إما للقلة كحبتي بر وإما للخسة كالحشرات

Dr syafiiyah dalihnya hanya karna tidak adanya kemanfaatan ..jd kalo budidaya atau jual beli hewan tsb ada manfaatnya maka boleh2 saja n sah seperti mana hanafiyah n malikyah..
 Jual jasa
Pada dasarnya dalam akad Wadi'ah juga mengenal istilah upah atau ongkos, artinya diperbolehkan untuk mengambil ongkos atas jasa tersebut. Namun karena dalam kasus di atas tidak disertai adanya transaksi atau pensyaratan harus membayar upah, maka bagi pengguna jasa tsb tidak harus membayar. Sedangkan uang yang diberikan tersebut lebih tepatnya dikatakan shadaqoh/hibah.

Maushuah alfiqhiyah

(وَالثَّالِثَةُ) أَنَّهُ عَقْدُ تَبَرُّعٍ إِذْ لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِيْ أَنَّ اْلأَصْلَ فِي الْوَدِيْعَةِ أَنَّهَا مِنْ عُقُوْدِ التَّبَرُّعَاتِ الَّتِيْ تَقُوْمُ عَلَى أَسَاسِ الرِّفْقِ وَالْمَعُوْنَةِ وَتَنْفِيْسِ الْكُرْبَةِ وَقَضَاءِ الْحَاجَةِ فَلاَ تَسْتَوْجِبُ مِنَ الْمُوْدِعِ بَدَلاً عَنْ حِفْظِ الْوَدِيْعَةِ خِلاَفًا لِعُقُوْدِ الْمُعَاوَضَاتِ الْمَالِيَّةِ الَّتِيْ تَقُوْمُ عَلَى أَسَاسِ إِنْشَاءِ حُقُوْقٍ وَالْتِزَامَاتٍ مَالِيَّةٍ مُتَقَابَلَةٍ بَيْنَ الْعَاقِدَيْنِ غَيْرَ أَنَّهُمُ اخْتَلَفُوْا فِيْ مَشْرُوْعِيَّةِ اشْتِرَاطِ عِوَضٍ فِيْهَا لِلْوَدِيْعِ مُقَابِلَ حِفْظِهِ لِلْوَدِيْعَةِ عَلَى ثَلاَثَةِ أَقْوَالٍ وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّهُ يَجُوْزُ لِلْوَدِيْعِ أَنْ يَشْتَرِطَ أَجْرًا عَلَى حِفْظِ الْوَدِيْعَةِ وَاعْتَبَرُوا شَرْطَهُ صَحِيْحًا مُلْزَمًا.

MBAH Mudzakkir:
 ويصح بيع الحشرات والهوام كالحيات والعقارب اذا كان ينتفع به والضابط عندهم (المالكية) ان كل ما فيه منفعة تحل شرعا لان الاعيان خلقت لمنفعة الانسان بدليل قوله تعالى هو الذي خلق لكم ما فى الارض جميعا (الفقه الاسلامى وأدلته :٤/ ٤٤٦-٤٤٨)
ولم يشترط الحنفية هذا الشرط (ان يكون البيع طاهرا لا نجسا) فأجازوا بيع النجاسات كشعر الخنزير وجلد الميتة لانتفاع بها الا ما ورد النهي عن بيعه منها كالخمر والخنزير والميتة والدم كما اجازوا بيع الحيوانات المتوحشة والمذحس الذي يمكن الانتفاع به فى الأكل والضابط عندهم ان كل ما فيه منفعة تحل شرعا فإن بيعه يجوز لأن الأعيان خلقت لمنفعة الإنسان (الفقه الاسلامى وأدلته ٤ /١٨١-١٨٢)
 Menurut Malikiyah dan Hanafiyah boleh menjual-belikan hewan-hewan kecil (hasyarot) ketika ada manfaatnya,

KESIMPULAN
1. Penguras WC
Hukumnya boleh termasuk jual jasa lebih tepatnya uang yang di terima di namakan shodaqoh atau hibah.
2. Khilaf:
-Barang najis tidak sah dan haram bila diperjual belikan, namun akan terhindar dari hukum haram jika dengan cara perpindahan kekuasan dari pemilik pada penerima dalam fiqh di istilahkan naqlul yad, نقل اليد
Menurut Hanafiyah halal/boleh menjual-belikan kotoran hewan yang halal di makan.
menurut Syafi'iyah tidak boleh 
3. Hukum jual beli ulat dan sejenisnya terdapat perbedaan pendapat ulama. 
Menurut ulama Syafi’iyah tidak boleh karena tidak ada manfaat yang dilegitimasi oleh syara’. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kewajiban Qodlo sholat dalam perjalanan / sholat lihurmatil wakti

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh. Deskripsi Masalah : Pada suatu ketika saya dari surabaya berangkat jam 19:00 dan sampai ke J...