One Day Three Problems
Pertanyaan dari =>
Keluarga Dasi: kang ngabidin
Thema: Muamalat
Judul: Bank
Seumpama ada org yg bekerja di bank yg masih memberlakukan riba dlm semua transaksinya,
Pertanyaan:
1. Bagaimana hukumnya gaji yg didapat para pegawai bank tersebut termasuk customer servis, teller dan satpamnya, haram atau halalkah gajinya, jika haram bagaimana solusinya, sedangkan mereka tdk punya profesi lain selain kerja di bank tersebut... 😊
2. Dijaman sekarang ini, hampir semua transaksi memberlakukan riba termasuk beli rumah, motor, perabot, utang piutang bahkan nabung pun ada bunganya, Bagaimana cara menyikapi hal tersebut agar terhindar dari riba?
sangat sulit rasanya...😅
Menu makan siang
Pukul 16:00 WIB - 17:00 WIB
Ahad, 21 Mei 2017
(DASI)
KANG QUS
Ngapunten tanglet,,,
Apakh stiap bank (konvensional/syari'ah) bunganya itu slalu riba,,,sedangkan dlm brtransaksi (mnabung/pinjam) itu trgntung dri akad awalnya,,,bgaimna kita
bsa mngtahui smuanya itu adlh riba...
NO NAME
1.Kalo memang yaqin gajian yg di terima adalah hasil dr ribawi njih haram.
فَرْعٌ: لَا يَحْرُمُ الْأَكْلُ وَلَا الْمُعَامَلَةُ وَلَا أَخْذُ الصَّدَقَةِ وَالْهَدِيَّةِ مِمَّنْ أَكْثَرُ مَالِهِ حَرَامٌ إلَّا مِمَّا عُلِمَ حُرْمَتُهُ وَلَا يَخْفَى الْوَرَعُ
MBAH Mudzakkir:
Pegawai bank, hukumnya sebagaimana bermu’amalah dengan orang yang kebanyakan hartanya haram, perinciannya sebagai berikut :
تحفة المحتاج في شرح المنهاج – (ج ٤١ / ص ٢٧٥)
( فَرْعٌ ) يُسَنُّ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَتَحَرَّى فِي مُؤْنَةِ نَفْسِهِ وَمُمَوِّنِهِ مَا أَمْكَنَهُ فَإِنْ عَجَزَ فَفِي مُؤْنَةِ نَفْسِهِ وَلَا تَحْرُمُ مُعَامَلَةُ مَنْ أَكْثَرُ مَالِهِ حَرَامٌ وَلَا الْأَكْلُ مِنْهَا كَمَا صَحَّحَهُ فِي الْمَجْمُوعِ وَأَنْكَرَ قَوْلَ الْغَزَالِيِّ بِالْحُرْمَةِ مَعَ أَنَّهُ تَبِعَهُ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ
( قَوْلُهُ : يُسَنُّ لِلْإِنْسَانِ إلَخْ ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي قَالَ فِي الذَّخَائِرِ إذَا كَانَ فِي يَدِهِ حَلَالٌ وَحَرَامٌ أَوْ شُبْهَةٌ وَالْكُلُّ لَا يَفْضُلُ عَنْ حَاجَتِهِ قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ يَخُصُّ نَفْسَهُ بِالْحَلَالِ فَإِنَّ التَّبِعَةَ عَلَيْهِ فِي نَفْسِهِ آكَدُ ؛ لِأَنَّهُ يَعْلَمُهُ وَالْعِيَالُ لَا تَعْلَمُهُ ثُمَّ قَالَ وَاَلَّذِي يَجِيءُ عَلَى الْمَذْهَبِ ، أَنَّهُ وَأَهْلُهُ سَوَاءٌ فِي الْقُوتِ وَالْمَلْبَسِ دُونَ سَائِرِ الْمُؤَنِ مِنْ أُجْرَةِ حَمَّامٍ وَقِصَارَةِ ثَوْبٍ وَعِمَارَةِ مَنْزِلٍ وَفَحْمِ تَنُّورٍ وَشِرَاءِ حَطَبٍ وَدُهْنِ سِرَاجٍ وَغَيْرِهَا مِنْ الْمُؤَنِ ا هـ .( قَوْلُهُ وَلَا تَحْرُمُ إلَخْ ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَلَوْ غَلَبَ الْحَرَامُ فِي يَدِ السُّلْطَانِ قَالَ الْغَزَالِيُّ حَرُمَتْ عَطِيَّتُهُ وَأَنْكَرَ عَلَيْهِ فِي الْمَجْمُوعِ وَقَالَ مَشْهُورُ الْمَذْهَبِ الْكَرَاهَةُ لَا التَّحْرِيمُ مَعَ ، أَنَّهُ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ جَرَى عَلَى مَا قَالَهُ الْغَزَالِيُّ ا هـ
Pegawai bank di samakan dengan bekerja pada orang yang hartanya lebih banyak haramnya daripada halalnya. Ada yang berpendapat Makruh adapun menurut imam Al-Ghazali Haram
إعانة الطالبين – (ج ٢ / ص ٢٤١)
(فائدة) قال في المجموع: يكره الاخذ ممن بيده حلال وحرام – كالسلطان الجائز.وتختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم إلا إن تيقن أن هذا من الحرام.وقول الغزالي: يحرم الاخذ ممن أكثر ماله حرام وكذا معاملته: شاذ.
(قوله: قال في المجموع إلخ) مثله في التحفة والنهاية.(قوله: يكره الاخذ) أي أخذ الصدقة.ومثله المعاملة ببيع أو شراء.
MBAH BARIR
Makruh mengambil sesuatu dari orang yang berpenghasilan halal dan haram, seperti halnya raja yang lalim.Kemakruhannya berbeda beda menurut banyak / sedikitnya barang syubhat yang mencampurinya, walaupun makruh namun tidak sampai haram.Terkecuali bila diyakini berasal dari penghasilan haram maka haram hukumnya.Sedangkan perkataan Al-Ghozali "haram mengambil sesuatu serta bermuamalah dengan orang yang kebanyakan hartanya berasal dari barang haram" adalah pendapat yang syadz. [ I'anah Al-Tholibin : 2 / 214 ].
Kesimpulan soal nomer 1
Haram, jika mengetahui dengan yakin bahwa upah yang diterima dari orang tersebut adalah hasil riba.
Makruh, jika ragu-ragu apakah yang uang yang ia dapat dari hasil riba ataukah dari penghasilan lain yang halal.
Maka jika ada pekerjaan yang lain maka itu lebih selamat.
Kesimpulan nomer 2
Boleh selama tidak ada unsur riba. Ketentuan riba itu yg menentukan adalah aqadnya, bukan bank atau bunganya. Pada intinya tidak ada kesepakatan untuk mengembalikan dengan adanya kelebihan dari uang yang dipinjam (padahal lebih).
Hukum meminjam uang di bank secara agama memang bertentangan dengan syariat kecuali bila tidak disebutkan adanya bunga dalam aqad meskipun itu tidak ada ijab qabul antara pihak Bank dan peminjam.
Namun dalam realita keberadaan Bank memang diperlakukan dalam rangka membangun taraf kehidupan masyarakat.
Untuk menghindari terjadinya ribawi dalam perbankan terdapat beberapa solusi secara fiqh :
1. Hindari terjadi bunga dalam akad
2. Bila memungkinkan jalani akad dengan dua majlis
3. Bunga dijanjikan dengan cara nadzar atau hibah atau lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar