[27/3 14.39] Sinyo Al-Nlikungi: DASI
One Day three Problems
Pertanyaan dari =>
Keluarga Dasi : keluarga besar PPT
Thema :
Judul : Aqidah muamalah
deskripsi masalah :
Gus, kata nya ada hadist
"man tasyabbaha biqowmin fahuwa minhum" .
Pertanyaan :
trus bakar kemenyan, sesajian spt damar kambang, nasi tumpang telor, kembang telon,dll untuk selamatan spt selamatan desa selamatan sawah dll itu gmn hukum nya gus ????
Menu makan Siang
Pukul 14:30-16:30 WIB
Senin,27 Maret 2017
(DASI)
MBAH GEPPENK
Ada sebuah hadits
Orang-orang sering menyebutkan : Man Tasyabbaha bi-qaumin fahuwa Minhum, selalu 'Qaumin' disini konotasinya adalah orang-orang kafir. (sehingga dimaknai) "orang-orang yang menyerupai orang-orang kafir (begitu), maka dia termasuk kafir".
Makanya dari hadits ini, ada yang mengharamkan kita memakai dasi, kataya menyerupai orang kafir, pakai jas menyerupai orang kafir, padahal kita juga pakai celana, orang kafir juga pakai celana. Makanya saya katakan, kalau tidak ingin menyerupai, jangan pakai
sepatu, kaos kaki dan celana, lalu pakai apa? Sarung?. sarung itu juga pakaian orang hindu di India, baju koko itu dari China (orang konghuchu).
Tetapi lama-lama kita naik mobil juga menyerupai orang kafir. Ini, orang-orang yang ketat seperti itu, dengan dalih ingin mengikuti Rasulullah Saw dengan semaksimal mungkin.
Hadits "Man Tasyabbaha bi-Qaumin fahuwa Minhum", itu hadits bermasalah.
Sebagian mengatakan shahih, sebagian mengatakan hadits tidak shahih. Kalau pun itu shahih, maka yang dimaksud adalah menyerupai orang-orang kafir dalam pakaian dan perbuatannya yang khusus.
Tetapi ada yang shahih yang tidak pernah disampaikan oleh sementara orang, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari bersumber dari shahabat Abdullah bin Abbas, beliau mengatakan
كان النبي - صلى الله عليه وسلم - يحب موافقة أهل الكتاب فيما أي في أمر لم يؤمر فيه
Rasulullah itu menyukai untuk menyamai orang-orag Yahudi dan Nasrani (ahli kitab) selama tidak ada perintah untuk menjauhi, atau dengan kata lain, selama tidak ada larangan.
Jadi Islam itu sangat lentur (fleksibel) sekali sebenarnya. Yang bikin sumpek dan kaku itu hanya sebagain orang Islam, ada unsur yang namanya 'tasyaddud', mempersulit diri.
www.muslimedianews.com
disarikan dari : Video ceramah KH. Mustofa Ali Ya'kub, alm. Imam Besar Masjid Istiqlal. Profesor bidang Hadist.
KANG QUSYEIRI
Bakar kemenyan,dupa,ato menaburkan kembang 7 rupa jika di niati tuk mngharumkn ruangan,,selagi tdk kluar dari aqidah,maka hukumnya boleh/sunah,,
Nmun jika tjuannya kluar dri aqidah maka bsa di katakn haram...
Sama halnya dg selamtan ato lainnya jika di niati sedekah maka boleh/sunah
MBAH GEPPENK
Apa-apa yang berasal dari Rasulullah Saw dan itu tidak merupakan ajaran agama, tetapi yang berkaitan dengan sosial budaya, kita boleh mengikuti dan boleh tidak mengikuti.
Disisi lain, ketika kita berhadapan dengan budaya-budaya lokal, maka kita pun harus arif, bahwa budaya lokal sepanjang tidak bertentangan dengan agama Islam maka tidak harus kita tolak budaya lokal itu.
Makan itu budaya, seperti makan roti dan sebagainya.
Nah unsur agamanya dimana? memulai dengan baca Basmalah, memakainya dengan tangan kanan, dan ditutup dengan Hamdalah.
Budaya-budaya yang sifatnya lokal dapat diadobsi oleh Islam dan tidak harus kita tolak hanya karena alasan itu tidak berasal dari Islam.
Barangkali itulah jalan da'wah yg diambil Walisongo.
Dengan Muhafadzhoh yg baik (kumpul guyub rukun nya, tradisi tampil wangi ketika bertemu dulur, tradisi memulyakan tamu), dan mengambil apa-apa yg lebih baik (masyarakat diarahkan pd hal dan niat yg lebih baik, dan perlahan meninggalkan isrof/ berlebih²an dlm jamuan, dll).
Jadi
Selama itu dalam ranah mungamalah, Aku sih yesss...!!! 😊
MBAH NYOO
TRADISI " SESAJEN " DALAM RITUAL KEAGAMAAN DAN MASYARAKAT
1. Haram, jika tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub ) pada jin,
2. Boleh, jika hanya bertujuan bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh (taqarrub ilallah), selama tidak dilakukan dengan menyia-akan harta benda.
Catatan : Sebenarnya sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah tidak pantas dilakukan di tempat-tempat tadi, agar orang-orang awam tidak meyakini bahwa penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan malapetaka kalau tidak diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain yang bertentangan dengan syariat.
مسألة -ث : العادة المطردة فى بعض البلاد لدفع شر الجن من وضع طعام أو نحوه فى الأبيار أو الزرع وقت حصاده وفى كل مكان يظن أنه مأوى الجن وكذلك إيقاد السرج فى محل ادخار نحو الأرز الى سبعة أيام من يوم الإدخار ونحو ذلك كل ذلك حرام حيث قصد به التقرب إلى الجن بل إن قصد التعظيم والعبادة له كان ذلك كفرا-والعياذ بالله- قياسا على الذبح للأصنام المنصوص فى كتبهم.
وأما مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله ليدفع شر ذلك الجن فجائز ما لم يكن فيه إضاعة مال مثل الإيقاظ المذكور انفا, فإن ذلك ليس هو التصدق المحمود شرعا كما صرحوا أن الإيقاد أمام مصلى التراويح وفوق جبل أحد بدعة.
قلت : حتى إن مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله لا ينبغى فعله فى خصوص تلك الأماكن لئلا يوهم العوام ما لا يجوز إعتقاده.
“Tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan semacamnya kemudian diletakkan di dekat sumur atau tanaman yang hendak dipanen dan ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya jin, serta tradisi lain seperti menyalakan beberapa lampu di tempat penyimpanan padi selama tujuh hari yang dimulai dari hari pertama menyimpan padi tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh di atas itu hukumnya haram jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada jin. Bahkan bisa menyebabkan kekafiran ( murtad ) jika disertai tujuan pemuliaan dan wujud pengabdian. Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan hukum penyembelihan hewan yang dipersembahkan untuk berhala yang disebutkan oleh fuqaha dalam kitab-kitab mereka.
Adapun jika sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah untuk menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh jin tersebut maka diperbolehkan selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta benda, seperti tradisi menyalakan lampu yang baru saja disebutkan. Karena hal tersebut tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji dalam pandangan syari'at, Sebagaimana ulama menjelaskan bahwa menyalakan lampu di depan tempat shalat tarawih dan di atas gunung arafah itu dikategorikan bid'ah.
Saya berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah pun tidak pantas dilakukan di tempat-tempat ditempat-tempat tersebut, agar orang awam tidak salah faham,lalu meyakini hal yang tidak seharusnya diyakini .” (Bulghatut Thullab hlm. 90/91)
MBAH MAJNUN
Hukumnya boleh bila
1.tujuan sedekah
2.doa ny dg cara islam
3.meminta pd allah(krn doa ny dg cara islam)
4.tidak diselingi tatacara hindu budha yg mn selalu disertai kgiatan judi,mabuk,adu ayam dll.
Adat2 diatas adalah proses/produk dr hasil islamisasi tanah jawa yg kental akan budaya jawa(orang jawa tak bsa dikasari/dipaksa).
Dahulu doanya hong wilaheng mbh danyang kang kirengkuh tlatah......sekarang sudah doa sapu jagad.
Itu semua adat budaya....dilihatnya mnggunkan kacamata seni budaya krn niatnya baik untuk mlestarikan budaya ...doa ny ttp pd yg maha kuasa
MBAH NUR ALAM
Kulo urun.
Wama arsalnaka illa rohmatan lil alamin.
Merubah adat seperti memindah gunung.
Bertahap. Tidak bisa spontan.
Asbab dari doa nabi Allahumahdi qoumi fainnahum la yaklamun.....rohmati kaumku sebab tidak mengerti.
Diharapkan dari sulbi mereka keluar org org yang mengesakan Allah ketika gunung mau dilemparkan hafadz aksabain.
Merubah kemungkaran dengan tangan.lisan dan dengan hati yang terahir pertanda lemahnya iman
NO NAME
Dari Indonesia sndiri punya banyak budaya, diantaranya memberi hasil bumi sbg rasa syukur atas rezeki dari Allah, kalau kita memberi hasil bumi boleh aja, asalkan dg niat yg tidak menjurus pada kesyirikan, niatnya sebagai sedekah atas rezeki yg kita dapat dan tetap harus berpegang Teguh bhwa rezeki itu hanya datang dari Allah SWT
Itu yang saya pelajari dari uztadz saya
#hehe
MBAH MUDZ
مسألة): إذا سأل رجل آخر: هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو النقلة؟ فلا يحتاج إلى جواب، لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجراً بليغاً، فلا عبرة بمن يفعله، وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله، ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا، والمؤثر هو الله عز وجل، فهذا عندي لا بأس به، وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثيرالنجوم وغيرها من المخلوقات، وأفتى الزملكاني بالتحريم مطلقاً، وأفتى ابن الصلاح بتحريم الضرب بالرمل وبالحصى ونحوها، قال حسين الأهدل: وما يوجد من التعاليق في الكتب من ذلك فمن خرافات بعض المنجمين والمتحذلقين وترّهاتهم لا يحل اعتقاد ذلك، وهو من الاستقسام بالأزلام، ومن جملة الطيرة المنهيّ عنها، وقد نهى عنه عليّ وابن عباس رضي الله عنهما. غاية التلخيص المراد من فتوى ابن زياد ١/١٤٩
ويحرم الذبح تقربا الى سلطان او غيره عند لقائه لما مر فإن قصد الإستبشر بقدومه فلا بأس او ليرضى غضبانا جاز لأنه لايتقرب به الى الغضبان بحلاف الذبح لنحو الصنم ولو ذبح للجن حرم الا انة قصد التقرب الى الله ليكفيه شره فيسن بل لو ذبح لا بقصد التقرب الى الله ولا الى الجن بل لدفع شرهم فهو كالذبح لإرضاء غضبان أفاده في الروض وشرحه ونقل في الأخيرة عن ابي محرمة وغيره الحرمة ولكن ما مر عن شرح الروض من عدمها هو القياس كما مر. بصرى الكريم : ٧٠٣
منها الإستعانة بالأرواح الأرضية بواسطة الريا ضة وقراءة العزائم الى حيث يخلق الله تعالى بمص ذلك على سبيل جرى العادة بعض خوارق وهذا النوع قالت المعتزلة انه كفر لأنه لا يمكن معه معرفة صدق الرسل عليهم الصلاة والسلام للإلتباس ورد بأنه العادة الإلهية جرت بصرف المعارضين للرسل أن اظهار خارق ثم التحقيق ان يقال ان كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا في كامل ما يأتى ويدر وكان من يستعين به في الأرواح الخيرة وكانت عزائمة لا تخالف الشرع وليس لما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعي على احد فليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام ان تعلمه ليعمل به بل يكفر ان اعتقد حل ذلك فان تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه. همسة فتح الوهاب ٢/١٥
والضابط فى إضاعة المال أن يكون لا لغرض دينى ولا دنياوى. فمتى انتفى هذان الغرضان من جميع وجوههما حرم قطعا قليلا كان المال أو كثيرا. ومتى وجد واحد من الغرضين وجودا له مال وكان الإنفاق لائقا بالحال ولا معصية فيه جاز قطعا. إهـ. قضاء الأداب
ومن الأول ايضا ماعم به الإبتلاء من تزيين الشيطان للعامة تخلية حائط اي بأن يخلقوه بالخلوق وهو نوع من الطب او تخليط عمود وتعظيم نحو عين او حجر او شجرة لرجاء شفاء او قضاء حجاة وقبائح في هذا ظاهرة غنية من الإيضاح والبيان اهـ. سراج الطالبين : ١/١١٠
اما وضع الطعام والأزهار في الطروق والمزارع اوالبيوت لروح الميت وغيره في الأيام الممعتادة كيوم العيد ويوم الجمعة وغيرهما وكل ذلك من الأمور المحرمة ومن عادة الجاهلية ومن عمل اهل الشرك. سراج الطالبين : ١/٥٨
kesimpulan
Hukumnya boleh dan tidak termasuk Tasyabbuh, selama tidak terjadi tabdzil mal (membuang sia-sia harta benda) dan atau untuk menyembah Jin. Bahkan keberhasilan Islam di Indonesia sangat di tentukan oleh kultur budaya, Islam yang rahmatan Lil 'alamin.
SUMBER BY DASI ON WA
Melayani dengan SAKINAH Solutif Amanah Komitmen Informatif Netral Aman Handal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kewajiban Qodlo sholat dalam perjalanan / sholat lihurmatil wakti
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh. Deskripsi Masalah : Pada suatu ketika saya dari surabaya berangkat jam 19:00 dan sampai ke J...
-
*_Asslamu'alaikum_* *DASI ZONA LAMPUNG* _*One Day One problem*_ Pertanyaa dari : anggota dazolam Tema. : Judul. : najasah ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar