[8/2 20.13] Dasi Gus Gendeng: DASI
One Day Four Problems
Pertanyaan dari =>
Keluarga Dasi :hamba allah
Thema :
Judul :
Pertanyaan :
"Assalamu'laikum gus ..nderek tanglet...
Sy punya istri yg terus menerus mengeluarkan darah dr maaf v***anya..sy kurang tau itu darah apa ,kalo kata istri sy dr temennya itu apa namanya istihadoh gt katanya...krna keluarnya trs menerus kadang berhenti..
Yg sy tanyakan:
1.hukumnya bagaimana apakah diperbolehkan sy mengumpuli istri sy dlm keadaan seperti itu ..
2.cara mudah m3mbedakan antara darah2 yg keluar dr v***a itu bagaimana..supaya bisa bedakan mana haid mana istihadoh..
Mohon penjelasannya
Menu makan MALAM
Pukul 20,00-21,00 WIB
Rabu,08 Februari 2017
( DASI )
KANG AZIZ
Urun...No.1 ..
Mayoritas ulama’ dari kalangan madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan salah satu riwayat pendapat Imam Ahmad menyatakan bahwa bergubugan intim dewan wanita yang sedang istihadhoh hukumnya boleh, baik ketika darahnya keluar atau tidak. Imam Ibnul Mundzir menjelaskan bahwa
pendapat ini juga merupakan pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhiu, Ibnul Musayyab, Al-Hasan, Atho’ Qotadah, Sa’id bin Jabir, Hammad bin Sulaiman, Bakar bin Abdulloh Al-Muzani, Al-Auza’i, Ats-Tsauri danIshaq Abu Tsur, dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh Ibnul Mundzir.
[8/2 20.17] +62 857-3595-7945: Ibaroh.E...
Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Juz : 44 Hal : 21
اختلف الفقهاء في جواز وطء المستحاضة على قولين
القول الأول: ذهب جمهور الفقهاء من الحنفية والشافعية والمالكية وأحمد في إحدى الروايتين عنه إلى جواز وطء المستحاضة. وقد نقله ابن المنذر عن ابن عباس رضي الله عنه وابن المسيب والحسن وعطاء وقتادة وسعيد بن جبير وحماد بن أبي سليمان وبكر بن عبد الله المزني والأوزاعي والثوري وإسحاق وأبي ثور، وقال ابن المنذر: وبه أقول
واحتجوا على ذلك بقوله تعالى: {حتى يطهرن } . وهذه طاهرة من الحيض، وبما روي أن حمنة بنت جحش رضي الله عنها كانت تستحاض، وكان زوجها طلحة بن عبيد الله يجامعها، وأن أم حبيبة رضي الله عنها كانت تستحاض، وكان زوجها عبد الرحمن بن عوف يغشاها ، وقد سألتا رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أحكام المستحاضة، فلو كان وطؤها حراما لبينه لهما. ولأن المستحاضة كالطاهر في الصلاة والصوم والاعتكاف والقراءة وغيرها، فكذلك في الوطء، ولأنه دم عرق، فلم يمنع الوطء كالناسور، ولأن التحريم بالشرع، ولم يرد بتحريم في حقها، بل ورد بإباحة الصلاة التي هي أعظم
القول الثاني: ذهب الحنابلة في المذهب وابن سيرين والشعبي والنخعي والحكم وابن علية من المالكية إلى أنه لا يباح وطء المستحاضة من غير خوف العنت منه أو منها، لما روي عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: " المستحاضة لا يغشاها زوجها " . ولأن بها أذى فيحرم وطؤها كالحائض، فإن الله تعالى منع وطء الحائض معللا بالأذى بقوله: {قل هو أذى فاعتزلوا النساء في المحيض } . فأمر باعتزالهن عقيب الأذى مذكورا بفاء التعقيب، ولأن الحكم إذا ذكر مع وصف يقتضيه ويصلح له علل به، والأذى يصلح أن يكون علة فيعلل به، وهو موجود في المستحاضة فيثبت التحريم في حقها
NO NAME
2. Untuk membedakan haid atau istihadzoh. Biasanya jarak wanita selesai haid sampai haid lagi itu sekitar 15 hari atau lebih.. Jika ia mengeluarkan darah sebelum 15 hari maka itu namanya istihadzoh..
Sepengetahuan saya begitu ketika ngaos kitab bulughul marom
CAK MOET
وَعَنْ حَمْنَةَ بِنْتِ جَحْشٍ قَالَتْ: ( كُنْتُ أُسْتَحَاضُ حَيْضَةً كَبِيرَةً شَدِيدَةً فَأَتَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَسْتَفْتِيهِ فَقَالَ: إِنَّمَا هِيَ رَكْضَةٌ مِنَ اَلشَّيْطَانِ فَتَحَيَّضِي سِتَّةَ أَيَّامٍ أَوْ سَبْعَةً ثُمَّ اِغْتَسِلِي فَإِذَا اسْتَنْقَأْتِ فَصَلِّي أَرْبَعَةً وَعِشْرِينَ أَوْ ثَلَاثَةً وَعِشْرِينَ وَصُومِي وَصَلِّي فَإِنَّ ذَلِكَ يُجْزِئُكَ وَكَذَلِكَ فَافْعَلِي كَمَا تَحِيضُ اَلنِّسَاءُ فَإِنْ قَوِيتِ عَلَى أَنْ تُؤَخِّرِي اَلظُّهْرَ وَتُعَجِّلِي اَلْعَصْرَ ثُمَّ تَغْتَسِلِي حِينَ تَطْهُرِينَ وَتُصَلِّينَ اَلظُّهْرَ وَالْعَصْرِ جَمِيعًا ثُمَّ تُؤَخِّرِينَ اَلْمَغْرِبَ وَتُعَجِّلِينَ اَلْعِشَاءِ ثُمَّ تَغْتَسِلِينَ وَتَجْمَعِينَ بَيْنَ اَلصَّلَاتَيْنِ فَافْعَلِي. وَتَغْتَسِلِينَ مَعَ اَلصُّبْحِ وَتُصَلِّينَ. قَالَ: وَهُوَ أَعْجَبُ اَلْأَمْرَيْنِ إِلَيَّ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ اَلْبُخَارِيّ
Hamnah binti Jahsy berkata: Aku pernah mengeluarkan darah penyakit (istihadlah) yang banyak sekali. Maka aku menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk meminta fatwanya. Beliau bersabda: Itu hanya gangguan dari setan. Maka anggaplah enam atau tujuh hari sebagai masa haidmu kemudian mandilah. Jika engkau telah bersih shalatlah 24 atau 23 hari berpuasa dan shalatlah karena hal itu cukup bagimu. Kerjakanlah seperti itu setiap bulan sebagaimana wanita-wanita yang haid. Jika engkau kuat untuk mengakhirkan shalat dhuhur dan mengawalkan shalat Ashar (maka kerjakanlah) kemudian engkau mandi ketika suci dan engkau shalat Dhuhur dan Ashar dengan jamak. Kemudian engkau mengakhirkan shalat maghrib dan mengawalkan shalat Isya' lalu engkau mandi pada waktu subuh dan shalatlah. Beliau bersabda: Inilah dua hal yang paling aku sukai. Diriwayatkan oleh Imam Lima kecuali Nasa'i. Shahih menurut Tirmidzi dan hasan menurut Bukhari.
Bulughul marom.
وَفِي حَدِيثِ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ: ( لِتَجْلِسْ فِي مِرْكَنٍ فَإِذَا رَأَتْ صُفْرَةً فَوْقَ اَلْمَاءِ فَلْتَغْتَسِلْ لِلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ غُسْلاً وَاحِدًا وَتَغْتَسِلْ لِلْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ غُسْلاً وَاحِدًا وَتَغْتَسِلْ لِلْفَجْرِ غُسْلاً وَتَتَوَضَّأْ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ )
Dalam hadits Asma binti Umais menurut riwayat Abu Dawud: Hendaklah dia duduk dalam suatu bejana air. Maka jika dia melihat warna kuning di atas permukaan air hendaknya ia mandi sekali untuk Dhuhur dan Ashar mandi sekali untuk Maghrib dan Isya' dan mandi sekali untuk shalat subuh dan berwudlu antara waktu-waktu tersebut.
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا; ( أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ بِنْتَ جَحْشٍ شَكَتْ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلدَّمَ فَقَالَ: اُمْكُثِي قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اِغْتَسِلِي فَكَانَتْ تَغْتَسِلُ كُلَّ صَلَاةٍ ) رَوَاهُ مُسْلِم
وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: ( وَتَوَضَّئِي لِكُلِّ صَلَاةٍ ) وَهِيَ لِأَبِي دَاوُدَ وَغَيْرِهِ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ.
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Ummu Habibah binti Jahsy mengadukan pada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang darah (istihadlah. Beliau bersabda: Berhentilah (dari shalat) selama masa haidmu menghalangimu kemudian mandilah. Kemudian dia mandi untuk setiap kali shalat. Diriwayatkan oleh Muslim.
Dalam suatu riwayat milik Bukhari: Dan berwudlulah setiap kali shalat. Hadits tersebut juga menurut riwayat Abu Dawud dan lainnya dari jalan yang lain.
NENG LINDA
ﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮﻉِ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﻭَﻁْﺀُ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺤَﺎﺿَﺔِ ﻓﻲ ﺍﻟﺰَّﻣَﻦِ ﺍﻟْﻤَﺤْﻜُﻮﻡِ ﺑِﺄَﻧَّﻪُ ﻃُﻬْﺮٌ ﻭَﺇِﻥْ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺪَّﻡُ ﺟَﺎﺭِﻳًﺎ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﻟَﺎ ﺧِﻠَﺎﻑَ ﻓﻴﻪ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﻭَﻧَﻘَﻠَﻪُ ﺟَﻤْﻊٌ ﻋﻦ ﺃَﻛْﺜَﺮِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺍﻧْﺘَﻬَﺖْ
Keterangan kitab risalatul mahaidl.
Cara membedakan selain dari segi lama nya juga dari warna darahnya, baunya apa lagi yaa .
darah istihadhah warnanya merah, baunya seperti darah biasa saat keluar langsung mengental. Kalo
Darah haid warna umum hitam, sedangkan darah istihadlah umumnya merah segar. Jika darah haid kental kalo darah istihadhah sebaliknya. Dan darah haid beraroma tidak sedap atau busuk.
MBH BARIR
Yang dinamakan darah istihadloh adalah darah
penyakit yang keluar dari vagina perempuan dibukan harinya haid, artinya
kurang dari sehari semalam atau lebih dari lima belas hari, dan bukan
diharinya nifas, artinya melewati enam puluh hari.
NO NAME
Istihadhah adalah keluarnya darah terus-menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali atau g berhenti sebentar seperti sehari atau dua hari dalam sebulan.
Dalil kondisi pertama, yakni keluarnya darah terus- menerus tanpa henti sama sekali, hadits riwayat Al Bukhari dari Aisyah Radhiayallahu ‘anha bahwa Fathimah binti Abu Hubaisy berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Ya Rasulullah, sungguh aku istihadhah (tak pernah suci) Dalam riwayat lain: Aku mengalami istihadhah, maka tak pernah suci”.
Dalam kondisi kedua, yakni darah tidak berhenti kecuali sebentar, hadits dari Hamnah binti Jahsy ketika datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:
“Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami Istihadhah yang deras sekali” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi dengan menyatakan shahih, disebutkan pula bahwa hadits ini menurut Imam Ahmad shahih, sedang menurut Al Bukhari hasan.
CAK MOET
Ada tiga kondisi bagi wanita mustahadhah:
1. Sebelum mengalami istihadhah, ia mengalami haid yang jelas waktunya. Dalam kondisi ini, hendaknya ia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.
Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus-menerus. Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah. Berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Fathimah binti Abi hubaisy bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah, maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi menjawab: “tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat” (HR.Al Bukhari).
Diriwayatkan dalam shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ummu Habibah binti jahsy:
“Diamlah (tinggalkan shalat) selama masa haid yang biasa menghalangimu, lalu mandilah dan lakukan shalat”.
Dengan demikian, wanita yang dalam istihadhah yang haidnya sudah jelas waktunya, maka ia menunggu selama masa haidnya itu. Setelah itu mandi dan shalat, meskipun darah pada saat itu masih keluar.
2. Tidak mempunyai masa haid yang jelas sebelum mengalami istihadhah, karena darah istihadhah tersebut terus-menerus keluar pada dirinya, sejak pertama kali ia mendapati darah. Dalam kondisi ini, hendaklah ia melakukan tamyiz (pembedaan); seperti jika darahnya berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah darah haid, dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.
MBH BARIR
1. Mubtada’ah mumayyizah, artinya baru mengeluarkan darah dan dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah.
2. Mubtada’ah ghoiru mumayyizah, artinya baru mengeluarkan darah dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan lemah, namun diketahuinya darah hanya satu sifat.
3. Mu’tadah ghoiru mumayyizah, artinya sudah pernah haid dan suci serta dia mengingat pada kira-kiranya waktu haid dan suci, namun tahuya dia pada darah hanya satu sifat.
4. Mu’tadah mumayyizah, artinya sudah pernah haid dan suci, dan dia bisa membedakan darah kuat dan lemah.
5. Mutahayyiroh, artinya sudah pernah haid dan suci, dan dia lupa pada kira-kiranya haid atau waktunya haid atau lupa pada kira-kiranya dan waktunya haid.
NO NAME
Kuat lemah nya tergantung wrna drah ..istihadloh pun bsa dikatakan qowi atw kuat jika drah tsb berwrna hitam,,tpi kbanyakan drah qowi keluar hnya sbentr..
MBH BARIR
: عِبَارَةُ الْمَجْمُوعِ يَجُوزُ عِنْدَنَا وَطْءُ الْمُسْتَحَاضَةِ في الزَّمَنِ الْمَحْكُومِ بِأَنَّهُ طُهْرٌ وَإِنْ كان الدَّمُ جَارِيًا وَهَذَا لَا خِلَافَ فيه عِنْدَنَا وَنَقَلَهُ جَمْعٌ عن أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ انْتَهَتْ
Redaksi dalam kitab al-Majmuu’ “Boleh menurut kami (syafi’iyyah) menggauli istri dalam kondisi sedang istihadhah dalam masa yang ia dihukumi keadaan suci meskipun darahnya sedang mengalir, yang demikian tidak ada perbedaan pendapat diantara kami (syafi’iyyah) dan bhkan segolongan ulama menyatakan keterangan tersebut sesuai mayoritas ulama”.
[ Al-Fataawa al-Fiqhiyyah al-Kubra I/20 ].
ويجوز وطء المستحاضة في الزمن المحكوم عليه بأنه طهر ولا كراهة في ذلك وإن كان الدم جاريا
Boleh menggauli istri dalam kondisi sedang istihadhah dalam masa yang ia dihukumi keadaan suci dan yang demikian tidaklah makruh meskipun darahnya sedang mengalir. [ Mughni al-Muhtaaj I/112 ]. Wallaahu A'lamu
NO NAME
1.darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 jam)
2.darah kuat tidak melebihi 15 hari15 malam .
3. Darah lemah tidak kurang dari 15 hari 15 malam dan keluar secara terus menerus
Tem kitab uyunul masa-il linnisa'
MBH BARIR
Jika yang mengeluarkan darah adalah mubtada’ah mumayyizah, maka darah yang dihitung sebagai haid
adalah darah yang kuat, jika keluarnya darah itu tidak kurang dari
sehari semalam dan tidak melebihi 15 hari. Dan darah yang dihitung istihdloh adalah darah yang lemah, jika keluarnya darah itu tidak kurang dari 15 hari secara berurutan.
Jadi, jika ada perempuan baru mengeluarkan darah dan berwarna hitam selama 6 hari lalu mengeluarkan darah merah selama 15 hari keatas, maka yang dihitung sebagai haid adalah darah hitam selama 6 hari sedangkan darah merah dihitung istihadloh.
Jika ada perempuan baru mengeluarkan darah dan berwarna hitam selama 5 hari lalu mengeluarkan darah merah selama 5 hari kemudian mengeluarkan darah merah kekuning-kuningan selama 5 hari lalu mengeluarkan darah kuning secara terus menerus, maka yang dihitung sebagai haid adalah
darah hitam, darah merah dan darah merah kekuning-kuningan,
sedangkan darah kuning dihitung istihadloh.....sek duwowooooo
NO NAME
Jima’ ( senggama)
Diharamkan bagi suami melakukan jima’ dengan istrinya yang sedang haid, dan diharamkan/ bagi istri memberi kesempatan kepada suaminya melakukan hal tersebut. Dalilnya firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: “haid itu suatu kotoran: oleh sebab itu hendaklah engkau menjauhkan diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci…" (QS. Al Baqarah: 222).
Yang dimaksud dengan “المحيض " dalam ayat di atas adalah waktu haid atau tempat keluarnya darah haid, yaitu: farji (vagina).
Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Lakukanlah apa saja kecuali nikah (yakni: bersenggama).” (HR. Muslim).
Umat Islam juga telah sepakat bahwa jima’ di dalam farji istri pada masa haid adalah hal yang dilarang.
Oleh sebab itu, tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian melakukan perbuatan ini, yang telah dilarang oleh Kitab Allah, sunnah Rasul–Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ijma’ (kesepakatan) umat Islam. Maka barang siapa yang melanggar larangan ini, berarti ia telah memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman.
An Nawawi dalam kitabnya Al Majmu’ Syarh Al Muhadzadzab, juz II, hal. 374, mengatakan: “Imam Syafi'i berpendapat bahwa orang yang melakukan hal itu telah berbuat dosa besar. Dan menurut para sahabat kami dan yang lainnya, orang yang melakukan senggama dengan istri yang sedang haid hukumnya kafir.
Untuk menyalurkan syahwatnya, suami diperbolehkan melakukan selain jima’ (senggama), seperti berciuman, berpelukan dan bersebadan pada selain daerah farji (vagina). Namun sebaiknya, jangan bersebadan pada daerah antara pusar dan lutut kecuali jika sang istri mengenakan kain penutup. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku mengenakan kain lalu beliau mencumbuiku sedang aku dalam keadaan haid.” (muttafaq alaih).
KESIMPULAN
1. Boleh di jima' ketika yang keluar darah istihadloh.
2. Mengetahui masa minimal ( tdk kurang 24 jam) dan maksimal haid (15 hari) selebihnya adalah darah istihadloh.
SUMBER BY DASI ON WA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar